Abstract

Abstrak Gorillaz adalah band virtual yang dibentuk musisi Damon Albarn dan seniman Jamie Hewlett (1998). Band ini mencampurkan genre musik seperti rock, hip-hop, dub, reggae, electronic, dan pop. Gorillaz terdiri dari empat anggota virtual yaitu Stuart Pot sebagai vokalis dan pemain keyboard, Murdoc Niccals sebagai pemain bass dengan gaya kontroversial, Noodle sebagai gitaris digambarkan sebagai gadis Jepang muda yang kini telah dewasa, dan Russel Hobbs sebagai drummer yang memiliki latar belakang cerita dirasuki oleh roh teman-temannya yang telah meninggal. Anggota band direpresentasikan sebagai karakter kartun dengan alur cerita. Band animasi virtual yang bermain fiksi, bukan manusia sesungguhnya. Band virtual yang menggabungkan teknologi untuk merangsang indera manusia untuk memberikan pengalaman yang berbeda. Sebagai band yang menjajakan visual tokoh animasi yang fiktif, memunculkan keingintahuan penulis atas kekuatan daya tarik virtual, persepsi, dan apresiasi pendengar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui metode Semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa inovasi band Gorillaz memadukan seni visual dan musik dengan cara pemanfaatan teknologi animasi holografik tampil live dengan musisi sesungguhnya. Kekuatan narasi fantasi menjadi aksentuasi dimunculkan dalam animasi tiap tokoh virtual. Kata Kunci: animasi hologram, band virtual, daya tarik, fantasi visual, Gorillaz Abstract Gorillaz is a virtual band formed by musician Damon Albarn and artist Jamie Hewlett in 1998. The band blends music genres such as rock, hip-hop, dub, reggae, electronic, and pop. Gorillaz consists of four virtual members namely Stuart Pot as vocalist and keyboard player, Murdoc Niccals as controversial bassist, Noodle as guitarist portrayed as a young Japanese girl who has matured; and Russel Hobbs as drummer with a backstory of being haunted by the spirits of deceased friends. Band members are represented as cartoon characters with narrative arcs. Gorillaz is an animated virtual band playing fictional characters rather than real humans, integrating technology to stimulate human senses for a unique experience. As a band showcasing fictional animated characters, it piques curiosity about the virtual appeal, perception, and listener appreciation. This qualitative descriptive research employs Charles Sanders Peirce's Semiotics method. The study concludes that Gorillaz's innovation combines visual art and music through holographic animation technology in live performances with real musicians, accentuating the narrative power of fantasy in each virtual character's animation. Keywords: appeal, Gorillaz, holographic animation, virtual band, visual fantasy

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call

Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.