Abstract
This study aims to (1) analyze costs and farm income oyster mushroom in the village of Simpang Baru subdistrict Tampan Pekanbaru, (2) analyzing the viability of farming oyster mushroom in the village of Simpang New District of Pekanbaru, (3) Analyze Break Even Point (BEP ) white oyster mushroom business in the village new intersections Handsome District of the city of Pekanbaru. The sampling technique using census method. The results showed that during the production process (4 months) from 5000 baglog oyster mushrooms can produce immediate of 1200 kg, with a selling price at farmer level Rp. 30,000 / Kg. Total gross revenue for Rp.36.000.000, total production cost of Rp. 17,604,912. and net income of Rp. 18,395,088. BEP value sales of Rp. 5,668,708 and BEP unit amounted to 189.88 Kg. BCR value of 0.24 so that it can be concluded that the oyster mushroom farm in the village of Simpang Baru Subdistrict Tampan Pekanbaru City deserves to be continued
Highlights
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisan biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram putih di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, (2)menganalisis kelayakan usahatani jamur tiram putih di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Kota Pekanbaru, (3) Menganalisis Break Even Point (BEP) usaha jamur tiram putih di kelurahan Simpang brau Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru
This study aims to (1) analyze costs and farm income oyster mushroom in the village of Simpang Baru subdistrict Tampan Pekanbaru, (2) analyzing the viability of farming oyster mushroom in the village of Simpang New District of Pekanbaru, (3) Analyze Break Even Point (BEP ) white oyster mushroom business in the village new intersections Handsome District of the city of Pekanbaru
The results showed that during the production process (4 months) from 5000 baglog oyster mushrooms can produce immediate of 1200 kg, with a selling price at farmer level Rp. 30,000 / Kg
Summary
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yangmengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani jamur tiram putih di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan tampan Kota Pekanbaru hanya ada 1 orang pengusaha sehingga metode yang digunakan adalah metode “Sensus” terhadap pengusaha jamur tiram tersebut yang akan dianalisis per satu kali proses produksi yaitu 4 bulan. Pada usaha jamur tiram putih milik Bapak Rahmat ini beliau tidak perlu repot untuk memasarkan jamur tiram segarnya, karena beliau mempunyai langganan tetap yang datang ke tempatnya langsung untuk membeli jamur tiram setiap hari yaitu berupa pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpullah yang memasarkan jamur tiramnya ke pasar-pasar ataupun warung yang ada di daerah panam dan sekitarnya. Biaya tidak tetap (variable cost) biaya yang dikeluarkan yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat produksi.Biaya ini meliputi biaya pembuatan baglog, pembelian plastik packing dan tenaga kerja.Untuk jamur tiram putih selama satu penggunaan biaya tidak tetap periode produksi dapat dilihat pada (variable cost) dalam usahatani tabel 5. Distribusi Biaya tidak tetap (variable cost) Usahatani Jamur Tiram Putih
Talk to us
Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have
Disclaimer: All third-party content on this website/platform is and will remain the property of their respective owners and is provided on "as is" basis without any warranties, express or implied. Use of third-party content does not indicate any affiliation, sponsorship with or endorsement by them. Any references to third-party content is to identify the corresponding services and shall be considered fair use under The CopyrightLaw.