Abstract


 
 
 The development of Denpasar, Badung, Gianyar, and Tabanan into a metropolitan area that is called in short Sarbagita can threaten the existence of community rice field land and agrar- ian culture considering that around 32.3% of the rice field in Bali is situated in this area. This study aimed at finding out the accuracy of Pleiades and Ikonos satellite image in mapping rice field land conversion, and producing a spatiotemporal map of rice field land conversion. This study used a quantitative descriptive method through image interpretation, field valida- tion, and Geographical Information System (SIG) technique. The location of the study sample was in Badung Regency Sar- bagita Metropolitan area. The result showed that Ikonos and Pleiades satellite image has a 94.1% accuracy, which means that it falls into the very good category, so that it can be used for mapping rice field land conversion spatiotemporally. The spatiotemporal map produced shows that there has occurred a decrease in rice field area from 10,810.18 hectares in 2009 to 10,565.82 hectares in 2016. The rice field land conversion phe- nomenon tends to shift from that which was previously domi- nant in the south part to that in the north part.
 
 

Highlights

  • Abstrak Pengembangan wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan sebagai kawasan Metropolitan Sarbagita dapat mengancam keberadaan lahan sawah dan budaya agraris masyarakat Bali, mengingat sekitar 32,3% lahan sawah di Bali berada di kawasan ini

  • The development of Denpasar, Badung, Gianyar, and Tabanan into a metropolitan area that is called in short Sarbagita can threaten the existence of community rice field land and agrarian culture considering that around 32.3% of the rice field in Bali is situated in this area

  • This study aimed at finding out the accuracy of Pleiades and Ikonos satellite image in mapping rice field land conversion, and producing a spatiotemporal map of rice field land conversion

Read more

Summary

Pendahuluan

Rencana pengembangan tata ruang kawasan metropolitan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan yang selanjutnya disebut kawasan Sarbagita ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 tahun 2011. Berdasarkan pengamatan lapangan dan kajian dokumen RTRW provinsi dan kabupaten/kota di Bali, diketahui bahwa belum semua pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia memiliki peta alih fungsi lahan sawah sebagai sumber data penyusunan instrumen kebijakan rencana perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, baik kebijakan zonasi, strategi, program dan pembiayaannya. Penyediaan data alih fungsi lahan secara spasial dan temporal pada tingkat ketelitian tinggi dapat dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit resolusi tinggi yang dianalisis melalui Sistem Informasi Geografi (SIG). Longley (2005, dalam Sriartha, et al, 2017) menyatakan bahwa teknologi penginderaan jauh yang salah satu produknya berupa citra satelit dan didukung dengan teknik analisis SIG sangat mendukung proses pemetaan untuk perencanaan pembangunan ruang terbuka hijau (termasuk lahan sawah) secara akurat, cepat dengan jangkauan spasial yang jauh lebih luas dibandingkan dengan pemetaan secara konvensional. Tema proses keruangan menekankan pada tahapan-tahapan perubahan objek permukaan bumi dari dimensi kewaktuan, yang dalam penelitian ini adalah perubahan alih fungsi lahan sawah dalam periode tahun yang berbeda

Prosedur Penelitian
Tegalan
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Satelit
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Kawasan
Data Penelitian
B C D E Jumlah
Findings
Abiansemal 2 Mengwi 3 Kuta Utara Total
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call