Abstract

Violence against women often occurs in various fields of life. The violence is a product of a patriarchal culture that is not just touching the social sphere, but also venturing into religious territory. Religion is considered as a justification and the things that make the practice of violence against women becomes a habit. View of gender bias in the various dimensions of life, including religion also took part in the practice of letting the violence against women, even seen as root causes of the violence. Through the analysis of gender and Taoism-Islam, the issue of violence against women is trying to find a comprehensive explanation for the violence seen not only physicallyquantitative, but also spiritually-qualitative. Relation equal reciprocity in the relationship becomes important bid proposed Islamic gender analysis and Taoism.

Highlights

  • Abstrak: Kekerasan kerap kali terjadi terhadap perempuan di berbagai bidang kehidupan

  • Violence against women often occurs in various fields of life

  • The violence is a product of a patriarchal culture that is not just touching the social sphere, and venturing into religious territory

Read more

Summary

Posisi Agama Dalam Realitas Sosial

Agama yang diturunkan Tuhan ke muka bumi bersifat mutlak dalam rangka memberi petunjuk bagi umat manusia.Ketika agama yang bersifat mutlak dipahami manusia, maka agama berubah menjadi sebuah pemahaman. Pemahaman tentang agama selalu terkait dengan struktur sosial dimana agama tersebut berkembang. Agama menyejarah dan menjadi sebuah pemahaman tidak dengan begitu saja, melainkan melalui proses dialektis yang bersinggungan dengan budaya, konstruksi sosial dan wacana teologi di setiap komunitas. Pemahaman manusia tentang hal apa pun, termasuk tentang agama tidak lepas dari proses dialektis tersebut. Teologi merupakan manifestasi kemuliaan Tuhan yang suci transendental sekaligus profansosiologis karena tersusun dalam historisitas kemanusiaan yang selalu berubah dan baru dengan nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi harkat martabat manusia. Model beragama Islam Indonesia sejak masa Orde Baru tersebut menemukan bentuknya dalam sebuah aktivitas yang tersibukkan dengan atribut dan simbol-simbol keagamaan. Kelompok substantif yang juga berpegang pada teksteks fiqih, seperti Musdah Mulia saat menjadi bagian dalam tubuh Depag (Gender Team Depag) justru berhasil melahirkan dokumen kajian kritis Kompilasi Hukum Islam dengan menggunakan analisis gender. Sudah saatnya untuk mempertanyakan tentang kemungkinan mengembalikan fiqih sebagaimana spirit awal kelahirannya, yaitu sebagai pembimbing dan etika sosial yang berpihak pada yang lemah, bukan sebagai hukum legal yang berpihak pada yang kuat, seperti penguasa.[10]

Patriarki dalam Analisis Gender
DAFTAR PUSTAKA
Full Text
Published version (Free)

Talk to us

Join us for a 30 min session where you can share your feedback and ask us any queries you have

Schedule a call