Year
Publisher
Journal
1
Institution
Institution Country
Publication Type
Field Of Study
Topics
Open Access
Language
Filter 1
Year
Publisher
Journal
1
Institution
Institution Country
Publication Type
Field Of Study
Topics
Open Access
Language
Filter 1
Export
Sort by: Relevance
Evaluasi Antioksidan dan Antidiabetik Infusa Daun Karamunting (<em>Rhodomyrtus tomentosa</em>) pada Ikan Zebra (<em>Danio rerio</em>)

Background: Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) is a potential herbal plant that can be found in Kalimantan, Indonesia. This plant is widely used because of its benefits for health. Several studies show its ability as anti-inflammatory, anti-bacterial, anti-fungal, and anti-diabetic.Objective: This study aimed to evaluate the chemical content, antioxidant and anti-diabetic activity of the infusion of karamunting leaves.Methods: Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LCMS) was used for the phytochemical analysis of karamunting leaf infusion. Total phenolic content was calculated using Folin Ciocalteu's reagent. Antioxidant activity test using DPPH free radicals. An anti-diabetic activity test was performed using hyperglycemic-induced zebrafish.Results: There were 14 active compounds detected. There are three main fragments, namely Tectoridin, Engeletin, and Rhamnetin-3-O rhamnoside, in the infusion of karamunting leaves. The total phenolic content of the infusion of karamunting leaves was 288±5.94 g GAE/g. The antioxidant activity of karamunting leaf infusion was more potent than that of BHT (IC50 infusion 0.79±0.33 g/mL, BHT 13.5±2.5 g/mL). Karamunting leaf infusion has an ability that can be compared with metformin in lowering glucose levels in zebrafish blood.Conclusions: The main bioactive compounds in the infusion of karamunting leaves are Tectoridin, Engeletin, and Rhamnetin-3-O rhamnoside. The antioxidant activity of karamunting leaf infusion is powerful. Karamunting leaf infusion has the potential as an antihyperglycemic agent.

Read full abstract
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan <em>Stunting</em> pada Ibu Hamil

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis pada balita yang disebabkan keadaan malnutrisi yang berkaitan dengan kekurangan asupan gizi paa lampau. Kasus stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rejosari termasuk kasus tertinggi kedua di Kudus. Oleh karena itu, perlu dilakukan perilaku pencegahan stunting, salah satunya pada ibu hamil. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil, diantaranya adalah pengetahuan dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian dipilih dengan metode consecutive sampling berjumlah 80 responden. Penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner pengetahuan tentang stunting, dukungan keluarga, dan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil yang kemudian akan diuji menggunakan uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 90%. Hasil uji fisher exact didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang stunting dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil (p=0,001 dan RP=6,7). Terdapat hubungan yang signifikan pula antara dukungan keluarga dalam mencegah stunting dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil (p=0,001 dan RP=3,2). Penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dan dukungan keluarga berhubungan dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rejosari, dimana semakin baik pengetahuan dan dukungan keluarga maka akan semakin positif pula perilakunya.

Read full abstract
Open Access
Reaksi Reversal Pada Morbus Hansen Tipe Borderline Tuberkuloid: Tinjauan Histopatologi

Latar belakang: Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik akibat Mycobacterium leprae yang mengenai terutama kulit dan saraf. Reaksi reversal ditandai dengan bercak eritematosa keunguan, bercak lama menjadi lebih tampak serta muncul bercak baru. Risiko silent neuropati dapat terjadi pada reaksi reversal sehingga diperlukan deteksi kerusakan saraf dini. Pemeriksaan histopatologi sebagai salah satu metode pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung diagnosis dan tipe MH secara tepat.Tujuan: Penulisan makalah ini bertujuan untuk melaporkan satu kasus reaksi reversal pada MH tipe borderline tuberkuloid berdasarkan tinjauan histopatologi Kasus: Seorang wanita, berusia 55 tahun mengeluhkan bercak kemerahan yang mati rasa pada regio fasialis, trunkus anterior et posterior, ekstrimitas inferior. Pasien memeriksakan ke dokter spesialis kulit dan mendapat terapi multi drug therapy (MDT) pausibasiler (PB) selama 3 bulan. Bercak kemudian menjadi lebih tampak dan bertambah disertai pengelupasan kulit, lecet, pembengkakan kedua tungkai. Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) tidak didapatkan BTA. Pemeriksaan histopatologi pada lapisan epidermis tampak ortokeratosis tipe lamelar, atrofi epidermis dan pendataran rete ridge. Pada dermis tampak edema, granuloma dengan batas tidak tegas, histiosit epiteloid dan sel raksasa berinti banyak tipe langhans, tidak ada “gren zone”. Pada pengecatan FF tidak didapatkan BTA.Diskusi: Reaksi pada MH dapat terjadi sebelum, saat dan setelah pengobatan MDT ditandai dengan peningkatan inflamasi dan peninggian pada lesi sebelumnya. Keterlambatan dalam diagnosis dan tatalaksana pada MH dengan reaksi dapat menyebabkan kerusakan saraf yang berimplikasi pada disabilitas dan deformitas yang mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Read full abstract
Potensi Diet Soybean (<em>Glycine max</em>) Sebagai Alternatif Terapi Obesitas Dengan Dislipemia

ABSTRACTBackground : Obesity is becoming a major health problem in the world. Obesity rates are increasing in each country with a high risk of complications associated with the metabolic syndrome, such as hypertension, diabetes mellitus, dyslipidemia, and the risk of cardiovascular disease. Therapeutic management in cases of obesity with dyslipidemia through lifestyle modification approaches, dietary interventions, and drugs. However, long-term use of the drug is concerned about the possible side effects. Therefore, alternative dietary intervention and non-pharmacological therapy can be a better choice for treating obese patients with dyslipidemia.Methods: This research method is a literature review study. Database searches were performed via PubMed, ScienceDirect, and Google Scholar with keywords ((soybean or glycine max) AND (dyslipidemia or hypercholesterolemia)) AND (obesity) published in 2012-2022. Based on the search results, found 7 matching articles.Results: Based on a review of 7 articles, we found the benefits of soybeans (Glycin Max) in lowering total cholesterol (TC), lowering triglycerides (TG), increasing HDL-C levels, and lowering LDL level. The effect of long-term consumption of soybeans (Glycin Max) shows the potential effect of lowering MAD and increasing SOD due to long-term complications of oxidative stress from hypercholesterolemic conditions.Conclusion : There is a positive effect of soybeans consumption in obese patients with dyslipidemia and the literature also shows the potential for preventing complications on the risk of oxidative stress hypercholesterolemia.Keywords : Soybean; Glycin Max; Obesity; Hipercholesterolemia;Dyslipidemia; Review AbstrakLatar belakang : Obesitas telah menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Angka obesitas terus meningkat pada setiap negara disertai peningkatan resiko komplikasi yang dapat muncul terkait sindrom metabolik, seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, dan risiko penyakit kardiovaskular. Manajemen terapi pada kasus obesitas dengan dislipidemia yang lebih kompleks harus dilakukan melalui pendekatan modifikasi gaya hidup, intervensi diet, dan obat-obatan. Akan tetapi, penggunaan obat-obatan jangka panjang banyak memunculkan kecemasan terhadap efek samping yang dapat muncul. Sehingga alternatif intervensi diet dan terapi non farmakologi dapat menjadi pilihan yang lebih baik dalam penanganan pasien obesitas dengan dislipidemia.Metode : Metode penelitian ini adalah studi literatur review. Penelusuran databaase dilakukan melalui Pubmed, Sciencedirect, dan Google Scholar dengan kata kunci ((soybeans or glycine max) AND (dyslipidemia or hypercholesterolemia)) AND (obesity) yang dipublikasikan tahun 2012-2022. Berdasarkan hasil penelusuran didapatkan 7 artikel yang sesuai. Hasil : Berdasarkan telaah 7 artikel didapatkan hasil bahwa terdapat manfaat dari Soybean (Glycin Max) atau kedelai terhadap penurunan kadar Kolesterol total (TC), penurunan kadar trigliserid (TG), peningkatan kadar HDL-C, penurunan kadar LDL. Efek konsumsi jangka panjang dari Soybean (Glycin Max) juga menunjukkan efek potensial dalam menurunkan MAD dan meningkatkan SOD sebagai akibat komplikasi jangka panjang dari munculnya stres oksidatif dari kondisi hiperkolesterolemia.Kesimpulan : Terdapat efek positif konsumsi soy bean atau kedelai pada pasien obesitas dengan dislipidemia dan literatur juga menunjukkan adanya potensi pencegaham komplikasi terhadap resiko stres oksidatif hiperkolesterolemia.Kata kunci : Soybean; Glycin Max; Obesitas; Hiperkolesterolemia; Dislipidemia; Review

Read full abstract
Analisis <i>In Silico</i> Senyawa Aktif Batang Kayu Bajakah (<i>Spatholobus littoralis</i> Hassk) Sebagai Terapi Psoriasis

Background : Innovative topical psoriasis therapy continues to be developed, Spatholobus littoralis Hassk or Bajakah has antipsoriatic activity so can be used as a topical herbal medicine in reducing the severity of psoriasis. In silico is a computational experiment which is analogous to biological experiments in vivo and in vitro. Objective : To evaluate content of Spatholobus littoralis Hassk using in silico analysis in the treatment of psoriasis. Methods : The active compound Spatholobus littoralis Hassk extracted from the knapsack database. The simplified molecular input line entry system (SMILE) format was taken from the pubchem database. Prediction in antioxidants, antiinflammatory, antipruritic and immunosuppressive was done using a pass server. The molecular mechanism of active compounds in human body was taken from search tool for interacting chemicals (STITCH) which was predicted experimentally, then analyzed computationally. Further pathway analysis using cytoscape software. Results : There are 14 active compounds in Spatholobus littoralis Hassk have potential as antioxidants, anti-inflammatory, antipruritic and immunosuppressive are predicted to have ability test computationally tested activity but laboratory tests have not been proven or have little potential. The highest bioactivity potential of Spatholobus littoralis Hassk is antioxidants where the most important role is dihydrokaemferol with an average probable to be active (Pa) value of 0.691, the compound has ability to computationally test but in laboratory tests it has not been proven or has a small potential. Conclusions : Spatholobus littoralis Hassk is a good choice for the treatment of psoriasis. Latar belakang : Terapi psoriasis topikal inovatif terus dikembangkangkan, Spatholobus littoralis Hassk atau bajakah memiliki aktivitas antipsoriatik sehingga dapat digunakan sebagai obat herbal topikal dalam mengurangi keparahan psoriasis. In silico merupakan percobaan komputasi yang analog dengan percobaan biologis secara in vivo dan in vitro. Tujuan : Untuk mengevaluasi kandungan Spatholobus littoralis Hassk menggunakan analisis in silico pada pengobatan psoriasis. Metode : Senyawa aktif Spatholobus littoralis Hassk yang diekstraksi dari database knapsack. Format simplified molecular input line entry system (SMILE) diambil dari basis data pubchem. Prediksi dalam antioksidan, antiinflamasi, antipruritus dan immunosupresor dilakukan menggunakan pass server. Mekanisme molekuler senyawa aktif dalam tubuh manusia diambil dari search tool for interacting chemicals (STITCH) yang diprediksi secara eksperimental, kemudian dianalisis secara komputasional. Analisis pathway lebih lanjut menggunakan perangkat lunak cytoscape. Hasil : Terdapat 14 senyawa aktif pada Spatholobus littoralis Hassk yang memilik potensi sebagai antioksidan, antiinflamasi, antipruritus dan immunosupresor diprediksi memiliki kemampuan pada aktivitas yang diuji secara komputasional, namun secara uji laboratorium belum terbukti atau memiliki potensi kecil. Potensi bioaktivitas Spatholobus littoralis Hassk tertinggi adalah antioksidan dimana yang paling berperan adalah dihydrokaemferol dengan ata-rata nilai probable to be active (Pa) 0,691 dimana senyawa tersebut secara komputasional memiliki kemampuan pada aktivitas yang diuji namun secara uji laboratorium belum terbukti atau memiliki potensi kecil. Kesimpulan : Spatholobus littoralis Hassk merupakan pilihan yang baik untuk terapi psoriasis karena memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, antipruritus dan immunosupresor serta menguntungkan dari segi ketersediaan serta keamanan.

Read full abstract
Open Access
Status Sel Inflamasi dan Stadium Kanker Nasofaring di RS PKU Muhammadiyah Gombong

Background: Nasopharyngeal cancer (NPC) is still a global health problem as well as in Indonesia. Patients come with an advanced stage which has a high impact on patient morbidity and mortality. The patient's prognosis is highly dependent on the supporting modalities to determine the stage. Supporting examinations with guiding standards are still limited, especially for hospitals in non-educational centers or not big cities. It is known that there is a close relationship between inflammation and a malignancy, especially NPC with risk factors for chronic viral infection. Objective: To see the role of easy and inexpensive routine blood tests to help assess the prognosis of NPC patients. Methods: Searching for secondary medical record data including histopathological data, CT Scan or physical examination or nasoendoscopy as well as routine blood laboratory data for NPC patients at PKU Muhammadiyah Gombong Hospital. Results: NPC patients were found with 100% non-keratinizing carcinoma-undifferentiated type,gender was male by 63% and in the most age range 46-65 years with advanced clinical stages reaching 66.7%. Inflammatory cell status includes a high neutrophil-lymphocyte cell ratio (NLR) of 70.4% and a high plateletlymphocyte cell ratio (PLR) of 62.8%. Conclusion: The most inflammatory cell status in NPC patients at PKUMuhammadiyah Gombong Hospital are high NLR and high PLR which are in line with the findings of high T stage and positive N (advanced clinical cancer stage).Latar belakang : Kanker nasofaring (KNF) masih menjadi permasalahan kesehatan dunia juga Indonesia. Pasien datang dengan stadium lanjut yang berdampak tingginya morbiditas dan mortalitas pasien. Prognosis pasien sangat tergantung modalitas penunjang guna menentukan stadium. Pemeriksaan pendukung dengan standar panduan masih bersifat terbatas terutama bagi rumah sakit di non sentra pendidikan atau bukan kota besar. Diketahui terdapat hubungan yang erat antara inflamasi dan suatu keganasan terutama KNF dengan faktor risiko infeksi virus kronik Tujuan : Untuk melihat peran pemeriksaan darah rutin yang mudah dan murah untuk membantu penilaian prognosis pasien KNF. Metode: Pencarian data skunder rekam medik meliputi data hasil histopatologi, CT Scan atau pemeriksaan fisik atau nasoendoskopi serta data laboratium darah rutin pasien KNF di RS PKU Muhammadiyah Gombong Hasil : Didapatkan pasien KNF dengan 100% tipe non keratinizing carcinoma-undifferentiated, jenis kelamin laki-laki sebesar 63% dan pada rentang usia terbanyak 46-65 tahun dengan stadium klinik lanjut mencapai 66,7%. Status sel inflamasi meliputi rasio sel netrofil-limfosit (NLR) tinggi sebesar 70,4% dan rasio sel trombosit-limfosit (PLR) tinggi mencapai 62,8%. Kesimpulan : Status sel inflamasi terbanyak pada pasien KNF di RS PKU Muhammadiyah Gombong adalah NLR tinggi dan PLR tinggi yang selaras dengan temuan stadium T tinggi serta N positif (stadium kanker klinis yang lanjut).

Read full abstract
Open Access
Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 Sebagai Neuroregenerasi Pada Pasien Tinnitus: <i>Literature Review</i>

Background: Tinnitus is one of the most common complaints in family medicine practice, with the incidence of tinnitus being highly variable and dominated by subjective tinnitus rather than objective tinnitus, about 30-40% of the adult population has experienced tinnitus in their lifetime, and 0.5-2.5% of the population has impaired quality of life. Because the research conducted is still controversial, this study is a study to look specifically at the effect of giving vitamin B12 on the treatment of tinnitus and so it is important to do further research to prove the administration of vitamin B12 supplements as neuroregeneration in tinnitus patients. In the discussion later, the researcher divides the research subjects into two parts, namely humans and animals. Human subjects to see the effect of vitamin B12 in the healing process of tinnitus and animal subjects to see the effect of vitamin B12 in neuroregeneration. This is expected to provide a reference in the treatment of tinnitus in Indonesia. Objective: :To see specifically the effect of giving vitamin B12 in the neuroregeneration process in tinnitus patients. Methods: This research method is a literature review study. Data collection techniques through Pubmed and Science direct have been limited for the last 10 years. The article review was carried out on 292 scientific articles and obtained 7 articles that met the restriction criteria and the PICO. Results: The results of a review of 7 articles found that Vitamin B12 can regenerate the myelin sheath (3 articles) and Vitamin B12 can reduce noise or improve tinnitus (4 articles). Conclusion: There is potential of Vitamin B12 on the healing process through neuroregeneration of cells in tinnitus patients. Vitamin B12 has the potential to prevent disease or reduce severity in tinnitus patients. Latar Belakang: Tinnitus merupakan salah satu keluhan yang banyak ditemukan dalam praktik kedokteran keluarga dengan angka kejadian tinnitus sangat bervariasi dan didominasi oleh tinnitus subjektif daripada tinnitus objektif, sekitar 30-40% pada populasi dewasa dan sebesar 0,5-2,5% terganggu kualitas hidupnya. Penelitian tentang pengaruh dari pemberian vitamin B12 terhadap pengobatan tinnitus masih cukup beragam hasilnya, sehingga penting dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pemberian suplemen vitamin B12 sebagai neuroregenerasi pada pasien tinnitus. Pembahasan dalam penelitian ini peneliti perlu membedakan subjek penelitian menjadi dua bagian yaitu pada manusia dan hewan. Subjek manusia untuk melihat efek vitamin B12 dalam proses penyembuhan tinnitus dan subjek hewan untuk melihat efek vitamin B12 dalam neuroregenerasi. Hal ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam pengobatan tinnitus di Indonesia. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin B12 dalam proses neuroregenerasi pada pasien tinnitus. Metode penelitian ini adalah studi literatur review. Teknik pengambilan data melalui Pubmed dan Science direct limitasi 10 tahun terakhir. Telaah artikel dilakukan pada 292 artikel ilmiah dan didapatkan 7 artikel yangsesuai kriteria restriksi dan PICO. Hasil telaah didapatkan 7 artikel dengan hasil bahwa Vitamin B12 dapat meregenerasi selubung myelin (3 artikel) dan Vitamin B12 dapat menurunkan kebisingan atau mangalami perbaikan tinnitusnya (4 artikel). Kesimpulan: Terdapat pengaruh Vitamin B12 terhadap proses penyembuhan melalui neuroregenerasi sel pada pasien tinnitus. Literatur juga menyebutkan bahwa Vitamin B12 berpotensi mencegah penyakit atau menurunkankeparahan pada pasien tinnitus.

Read full abstract
Open Access
Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Akseptor Terhadap Kepatuhan Akseptor Kontrasepsi Suntik

The population of Indonesian continues to increase, while the total fertility rate is not yet on target. So that an effective family planning program is needed to reduce Indonesia's population growth. Injection contraceptive acceptor adherence is needed to maximize family planning programs for a better future. Objective: to analyze the relationship between age, education, knowledge, work status, and support from husbands of injection contraceptive acceptors in women of childbearing age to compliance with re-injection visits. The study was using an analytical observational, cross-sectional study design. The sampling technique was non-random sampling purposive sampling, a sample size of 96 people, a questionnaire was used to collect data and data analysis using the chi-square test. Results: The number of adherent injecting contraceptive acceptors was 57.3%. The results showed that the variables associated with injection visit compliance were age (p = 0.022), knowledge (p = 0.005), and work status (p = 0.017). Meanwhile, the variables not related to compliance with injection visits were education (p = 0.172), husband's support (p = 0.833) and the number of children (p=0.167). Conclusion: There is a relationship between age, knowledge, and work status on the compliance of injection contraceptive acceptor visits. Jumlah penduduk indonesia terus mengalami peningkatan, sedangkan total fertility rate belum sesuai target. Sehingga diperlukan program keluarga berencana yang efektif untuk menurunkan pertumbuhan penduduk indonesia. kepatuhan akseptor kontrasepsi suntik sangat diperlukan untuk memaksimalkan program keluarga berencana demi masa depan yang lebih baik. Tujuan : menganalisis hubungan usia, pendidikan, pengetahuan, status bekerja, dan dukungan suami akseptor kontrasepsi suntik pada wanita usia subur terhadap kepatuhan melakukan kunjungan suntik ulang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analitik observasional desain Cross-sectional study. Teknik samplingnya menggunakan non random sampling - purposive sampling, besar sampel 96 orang, kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dan analisis data menggunakan uji chii square. Hasil: Jumlah akseptor kontrasepsi suntik yang patuh yaitu sebesar 57,3%. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel yang berhubungan dengan kepatuhan kunjungan suntik yaitu usia (p=0,022), pengetahuan (p=0,005), dan status bekerja (p=0,017). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kepatuhan kunjungan suntik yaitu pendidikan (p=0,172), dukungan suami (p=0,833), dan jumlah anak (p=0,167). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia, pengetahuan, dan status bekerja terhadap kepatuhan kunjungan akseptor kontrasepsi suntik.

Read full abstract
Open Access
Terapi Kombinasi Poli Peptida Topikal Dan Gel Astaxantin Pada Ulkus Fenomena Lucio

Lucio’s leprosy, also known as diffuse lepromatous leprosy, is a non-nodular and diffuse form of LL type leprosy caused by chronic infection with Mycobacterium lepromatous. Lucio’s phenomenon (LP) or type III leprosy reaction is a vasculitis-like leprosy reaction that can occur in untreated leprosy (Lucio’s leprosy). Multidrug therapy (MTD) for multibacillary leprosy (MB) was used in conjunction with corticosteroids to treat LP. Antibiotics and wound care are critical in preventing sepsis complications. Topical polypeptide and astaxanthin gel are both effective in the treatment of ulcers. We report the case of a 53-year-old man who presented to the Emergency Department of Dr. Moewardi Hospital Surakarta with red spots on his fingers and toes that developed into blisters and sores. Histopathological examination revealed a picture consistent with LP. Aeromonas hydrophyla bacteria were identified in pus cultures that are susceptible to gentamycin antibiotics. As recommended, the patient received systemic corticosteroids, specifically methylprednisolone IV 62.5 mg/24 hours as LP therapy and MDT treatment for MB leprosy. Additionally, the patient received systemic antibiotic gentamycin 80 mg/24 hours intravenously, and ulcer treatment with a topical polypeptide and astaxanthin gel applied to the skin. After three months of MDT therapy and treatment, patients’ ulcers improved. LP management and wound care help to reduce LP patients’ mortality and morbidity. Adjuvant therapy with topical polypeptide and astaxanthin may be used to repair ulcers in LP. Kusta Lucio atau kusta lepromatosa difus, merupakan variasi kusta tipe LL yang bersifat non nodular dan difus yang dihubungkan dengan infeksi kronis bakteri M.Lepromatosa. Fenomena Lucio (FL) atau reaksi kusta tipe III adalah suatu reaksi kusta dengan gambaran vaskulitis dapat terjadi pada (kusta Lucio) tidak diobati. Terapi multi drug terapy (MDT) kusta tipe multibasiler (MB) dan kortikosteroid diberikan untuk mengatasi FL. Perawatan luka dan antibiotik penting diberikan untuk mencegah komplikasi sepsis. Polipeptida dan astaxantin gel topikal memiliki efektivitas yang baik dalam penyembuhan ulkus. Kami melaporkan kasus seorang laki-laki berusia 53 tahun yang datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta dengan keluhan muncul bercak kemerahan yang kemudian menjadi lepuh dan luka pada jari-jari tangan dan kedua kaki. Pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran yang sesuai dengan FL. Pada pemeriksaan kultur pus didapatkan bakteri Aeromonas hydrophyla yang sensitif terhadap antibiotik gentamisin. Pasien diberikan kortikosteroid sistemik yaitu metilprednisolon IV 62.5mg/24 jam sebagai terapi FL dan pengobatan MDT kusta tipe MB sesuai yang direkomendasikan, pasien diberi antibiotik sistemik gentamisin 80 mg/24 jam intravena serta perawatan ulkus dengan polipeptida topikal dan astaxantin gel yang diaplikasikan pada ulkus pasien. Ulkus pada pasien mengalami perbaikan setelah 3 bulan menjalani terapi dan pengobatan MDT. Penatalaksanaan FL dan perawatan luka akan mengurangi mortalitas dan morbiditas pasien FL. Polipeptida topikal dan astaxantin dapat dijadikan terapi ajuvan untuk perbaikan ulkus pada FL.

Read full abstract
Open Access