Year Year arrow
arrow-active-down-0
Publisher Publisher arrow
arrow-active-down-1
Journal
1
Journal arrow
arrow-active-down-2
Institution Institution arrow
arrow-active-down-3
Institution Country Institution Country arrow
arrow-active-down-4
Publication Type Publication Type arrow
arrow-active-down-5
Field Of Study Field Of Study arrow
arrow-active-down-6
Topics Topics arrow
arrow-active-down-7
Open Access Open Access arrow
arrow-active-down-8
Language Language arrow
arrow-active-down-9
Filter Icon Filter 1
Year Year arrow
arrow-active-down-0
Publisher Publisher arrow
arrow-active-down-1
Journal
1
Journal arrow
arrow-active-down-2
Institution Institution arrow
arrow-active-down-3
Institution Country Institution Country arrow
arrow-active-down-4
Publication Type Publication Type arrow
arrow-active-down-5
Field Of Study Field Of Study arrow
arrow-active-down-6
Topics Topics arrow
arrow-active-down-7
Open Access Open Access arrow
arrow-active-down-8
Language Language arrow
arrow-active-down-9
Filter Icon Filter 1
Export
Sort by: Relevance
  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7521
REPRESENTASI AJARAN ETIKA HINDU DALAM CERITA BHAGAWAN DHARMA SVAMI
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • I Made Sujanayasa + 2 more

Cerita Bhagawan Dharmaswami adalah bagian dari cerita Ni Diah Tantri yang didalamnya tersirat cerita-cerita mengenai kehidupan Binatang dan manusia dalam bentuk satua dan pupuh. Cerita Bhagawan Dharmaswami mengandung kiasan-kiasan yang indah dan nilai-nillai etika kehidupan yang bermanfaat serta mengandung ajaran kepemimpinan Hindu yang dapat memberikan pengetahuan kepada pemimpin. Hindu yang beradab dan berkarakter. Setiap makhluk hidup dalam cerita Bhagawan Dharmaswami harus berpedoman pada etika, moral dharma serta menerapkan ajaran Tri Kaya Prisudha yaitu manacika (berpikir yang baik), kayika (berbuat yang baik) dan wacika (berkata yang baik) karena dengan dharma makhluk hidup terutamanya manusia dapat mencapai kebebasan atau moksa. Dalam menuntun perjalanan pendakian moral dan spiritual, umat manusia mencapai puncak perjalanan dharma. Ajaran Hindu yang berisikan para dan apara widya diwujudkan dalam kerangka dasar agama Hindu yaitu, Tattwa, Etika, dan Acara. Tattwa dalam agama Hindu adalah landasan atau filsafat yang merupakan lima dasar keyakinan umat Hindu dan yang menjadi tuntunan dalam pendakian spiritual dan moral untuk mencapai dharma yang dapat membangun kesucian, kearifan, kebijaksanaan pikiran, atau kecerdasan spiritual.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7501
DINAMIKA DAN TRADISI UMAT BUDDHA DI DUSUN KRAJAN DESA KALIMANGGIS KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Mugiyo + 1 more

Dinamika dan tradisi umat Buddha mencerminkan keragaman budaya, adaptasi lokal, dan perubahan sejarah dalam pengembangan agama Buddha. Pemahaman ini memberikan wawasan tentang bagaimana agama Buddha menjadi bagian integral darikehidupan masyarakat di berbagai wilayah. Umat Buddha berusaha untuk mempertahankan tradisi-tradisi yang ada dalam kitab Sucinya dengan mempelajari ajaran agama, untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang tradisi dalam agamaBuddha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali dinamika dan tradisi yang dijalankan oleh umat Buddha di Dusun Krajan, Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Secara khusus, penelitian ini mengkaji bagaimana masyarakat Buddha di daerah tersebut mempertahankan dan mengembangkan tradisi keagamaan mereka dalam konteks sosial dan budaya yang lebih luas. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan metode Trianggulasi data. Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah Dinamika dan tradisi umat Buddha di Dusun Krajan, Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung tidak muncul begitu saja, melainkan sebuah proses panjang. Dinamika ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan sejarah masuknya agama Buddha, Kondisi sosial Masyarakat, agama di masyarakat, dan kearifan lokal.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7383
SAKRALITAS PERKAWINAN KATOLIK DALAM PERSPEKTIF KITAB HUKUM KANONIK: TANTANGAN DAN RESPONS TERHADAP FENOMENA “KAWING KAMPONG” DI MANGGARAI
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Yulianus Evantus Hamat + 2 more

Fokus utama tulisan ini adalah mengkaji sakralitas perkawinan Katolik dalam perspektif Kitab Hukum Kanonik sebagai upaya menanggapi fenomena kawing kampong di Manggarai. Tujuan yang hendak dicapai adalah memberikan gambaran dan pemahaman yang komprehensif akan nilai sakral perkawinan Katolik terhadap masyarakat di Manggarai. Kawing kampong adalah fenomena dimana dua orang pasangan yang sudah memilih untuk hidup dan tinggal bersama layaknya suami istri kendati belum memiliki ikatan yang resmi dalam Gereja dan secara adat. Merebaknya fenomena kawing kampong di Manggarai ditengarai sebagai salah satu konsekuensi tingginya tuntutan belis (mahar) dari keluarga pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Ketidakmampuan memenuhi tuntutan belis ini menyebabkan banyak warga Manggarai yang dengan tahu dan mau memilih tinggal bersama seperti pasangan suami istri meskipun hubungan mereka belum disahkan oleh hukum positif negara dan lembaga agama. Menyikapi fenomena ini, Gereja Katolik menegaskan kembali perihal sakralitas perkawinan yang telah diajarkan oleh Gereja bahwa perkawinan yang tidak diberkati dalam Gereja tidak memiliki validitas sakramental. Melalui praktik pastoral yang digalakkan, Gereja pertama-tama mendorong legalisasi dan pengukuhan perkawinan dalam Gereja, mengedukasi dan memberikan katekese kepada umat akan nilai luhur dan sakral suatu perkawinan, melakukan pendekatan kepada keluarga dan tokoh adat perihal pemahaman belis dalam upacara pernikahan. Melalui pendekatan studi pustaka dan analisis kritis yang digunakan, penelitian ini menemukan bahwa pemahaman akan kesakaralitasan dan kesucian perkawinan dalam Gereja Katolik dan Kitab Hukum Kanonik menjadi landasan pemahaman bagi masyarakat Manggarai untuk menolak praktik kawing kampong.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7502
HARMONISASI ALAM, MANUSIA DAN SPIRITUAL: MODEL PENGEMBANGAN WISATA BERKELANJUTAN DI PULAU DEWATA
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Ni Putu Ellys Sucitha Dewi + 1 more

Penelitian ini mengkaji filosofi Tri Hita Karana sebagai dasar pengembangan ekowisata di Bali, dengan fokus pada bagaimana nilai-nilai lokal tersebut dapat diintegrasikan dalam konsep ekowisata berkelanjutan. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini menganalisis implementasi Tri Hita Karana dalam dimensi parahyangan, pawongan, dan palemahan, yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan budaya lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Tri Hita Karana tidak hanya mendukung kelestarian lingkungan dan budaya, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Tantangan dan peluang dalam mengadaptasi konsep tradisional ini dalam konteks pariwisata modern dibahas sebagai upaya untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan di Bali.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7498
PURA LUHUR PUSEH BEDHA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA BONGAN TABANAN
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Ida Ayu Tary Puspa + 2 more

Pura merupakan tempat ibadah umat Hindu. Pembagian jenis pura termasuk ke dalam salah satu dari tiga kerangka agama Hindu selain Tattwa, Susila adalah Acara. Tempat suci bagi umat Hindu dalam wilayah teritorial adalah terbagi ke dalam pembagian zona desa adat. Terdapat Pura Desa untuk memuja Dewa Brahma, Pura Puseh untuk memuja Dewa Wisnu yang sangat fungsional dengan bangunan meru yang bertumpang, dan Pura Dalem tempat memuja Dewa Siwa.Pada artikel ini akan diuraikan Pura Luhur Puseh Bedha yang selain sebagai kahyangan tiga, juga adalah sebagai daya tarik pariwisata budaya. Dengan kelengkapan yang sudah dipersiapkan untuk menerima wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Bagi wisatawan yang tertarik dengan pariwisata heritage, maka pura luhur puseh Bedha adalah salah satu tempat berwisata karena memiliki sejarah yang berkaitan dengan seorang patih dari Bali yang sangat terkenal yaitu Patih Kebo Iwa. Wantilan di pura ini kerap dijadikan tempat oleh wisatawan untuk memahami kebudayaan Bali seperti misalnya nanding gebogan. Aktivitas ritual yaitu ngaben tikus juga dilaksanakan di pura ini setiap dua tahun.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7506
KEPERCAYAAN DAN PENGALAMAN MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM MENGGUNAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL BALIAN: STUDI KUALITATIF DI KOTA DENPASAR
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • I Desak Ketut Dewi Satiawati Kurnianingsih + 1 more

Dalam era kemajuan teknologi medis dan ilmu pengetahuan, nilai-nilai pengobatan tradisional kerap terpinggirkan. Namun demikian, kepercayaan terhadap praktik pengobatan tradisional, khususnya balian ketakson dan balian usada, tetap mengakar kuat di kalangan masyarakat perkotaan di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kepercayaan dan pengalaman masyarakat Kota Denpasar dalam mengakses layanan kesehatan tradisional oleh balian. Dengan pendekatan kualitatif fenomenologis, studi ini melibatkan enam belas informan dari empat kecamatan di Denpasar dan mengeksplorasi sembilan tema utama melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap balian dipengaruhi oleh pandangan hidup masyarakat Bali yang holistik, di mana kesehatan dipahami sebagai keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan roh. Tradisi lokal, nilai spiritual, dan pengaruh keluarga serta komunitas menjadi faktor utama yang mendorong preferensi terhadap balian, bahkan seringkali sebelum mengakses layanan medis modern. Cerita kesembuhan, kekecewaan terhadap layanan konvensional, serta persepsi tentang penyakit sebagai gangguan spiritual turut memperkuat legitimasi pengobatan tradisional. Di sisi lain, tantangan muncul dalam upaya mengintegrasikan praktik balian ke dalam sistem kesehatan modern yang berbasis bukti ilmiah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan edukasi dan advokasi yang tepat agar integrasi ini dapat berjalan harmonis, dengan tetap menghargai kearifan lokal dan kebutuhan masyarakat.

  • Research Article
  • 10.32795/vytfyr10
Pengaruh Metode Gamifikasi Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Anguttara Nikaya di STABN Sriwijaya
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Rusmiyati

The Anguttara Nikaya course is a compulsory subject in the Buddhist Religious Education Study Program. Students often struggle to understand sutta texts due to their metaphorical language and repetitive narrative structure. This study aims to measure the effectiveness of the gamification method in improving student learning outcomes. The research employs a quantitative approach using a Single Subject Research (SSR) design with the Applied Behavior Analysis (A-B-A) type. The results indicate that in the initial baseline phase (A1), students had a low understanding of sutta. After implementing the gamification method during the intervention phase (B), there was a significant improvement in comprehension and learning motivation. In the final baseline phase (A2), student performance remained stable and nearly matched the intervention phase. The gamification method has proven to be an effective tool in enhancing student learning outcomes and can be applied as an interactive learning approach in Buddhist studies.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7500
SAKRALITAS PERKAWINAN KATOLIK DALAM PERSPEKTIF KITAB HUKUM KANONIK: TANTANGAN DAN RESPONS TERHADAP FENOMENA “KAWING KAMPONG” DI MANGGARAI
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Yulianus Evantus Hamat + 2 more

Fokus utama tulisan ini adalah mengkaji sakralitas perkawinan Katolik dalam perspektif Kitab Hukum Kanonik sebagai upaya menanggapi fenomena kawing kampong di Manggarai. Tujuan yang hendak dicapai adalah memberikan gambaran dan pemahaman yang komprehensif akan nilai sakral perkawinan Katolik terhadap masyarakat di Manggarai. Kawing kampong adalah fenomena dimana dua orang pasangan yang sudah memilih untuk hidup dan tinggal bersama layaknya suami istri kendati belum memiliki ikatan yang resmi dalam Gereja dan secara adat. Merebaknya fenomena kawing kampong di Manggarai ditengarai sebagai salah satu konsekuensi tingginya tuntutan belis (mahar) dari keluarga pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Ketidakmampuan memenuhi tuntutan belis ini menyebabkan banyak warga Manggarai yang dengan tahu dan mau memilih tinggal bersama seperti pasangan suami istri meskipun hubungan mereka belum disahkan oleh hukum positif negara dan lembaga agama. Menyikapi fenomena ini, Gereja Katolik menegaskan kembali perihal sakralitas perkawinan yang telah diajarkan oleh Gereja bahwa perkawinan yang tidak diberkati dalam Gereja tidak memiliki validitas sakramental. Melalui praktik pastoral yang digalakkan, Gereja pertama-tama mendorong legalisasi dan pengukuhan perkawinan dalam Gereja, mengedukasi dan memberikan katekese kepada umat akan nilai luhur dan sakral suatu perkawinan, melakukan pendekatan kepada keluarga dan tokoh adat perihal pemahaman belis dalam upacara pernikahan. Melalui pendekatan studi pustaka dan analisis kritis yang digunakan, penelitian ini menemukan bahwa pemahaman akan kesakaralitasan dan kesucian perkawinan dalam Gereja Katolik dan Kitab Hukum Kanonik menjadi landasan pemahaman bagi masyarakat Manggarai untuk menolak praktik kawing kampong.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7499
SPIRITUAL KLIWONAN UMAT BUDDHA
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Eko Siswoyo

Kegiatan ini memadukan antara budaya tradisi dan agama Buddha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi kliwonan, apa makna spiritual dan dampak bagi setiap individu dan masyarakat sekitar vihara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sejarah serta lebih mementingkan subjek, proses, dan makna yang ada dalam penelitian serta menggunakan teori-teori yang mendukung dan juga sesuai dengan fakta yang ada di lokasi penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umat Buddha vihara Agung Sangyang Jati memadukan elemen spiritual, social dan budaya dengan serangkaian kegiatan persembahan puja, pembacaan parita, diskusi, makna yang terkandung dalam tradisi kliwonan sangat mendalam melalui doa, pembacaan paritta meditasi dengan mengambangkan metta, karuna, mudita, upekkha dan panna. Tradisi kliwonan ini menjadi sarana intropeksi diri dan penguatan spiritual individu (saddha) pada Buddha, dhamma dan sangha. Kegiatan ini juga berdampak positif bagi umat Buddha sendiri terutama pada ketenangan batin serta dapat mengikis tiga akar kejahatan diantaranya lobha (keserakahan) dosa (kebencian) dan moha (kebodohan batin). Secara social kemasyarakatan kegiatan kliwonan ini menciptakan rasa toleransi dan semangat gotong royong bagi uamt Buddha khususnya. Secara keseluruhan kegiatan kliwonan di vihara sangyang jati tidak sekedar ritual keagamaan Buddha tetapi juga dibarengi dengan kesadaran lingkungan, pelestarian nilai-nilai budaya yang harmonis dengan ajara Buddha.

  • Research Article
  • 10.32795/ds.v25i1.7520
PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT UMAT BUDDHA DI DESA JATIMULYO KABUPATEN KULON PROGO
  • May 31, 2025
  • Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
  • Ngadat

Penyuluh agama Buddha di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo D.I.Y memiliki peran strategis dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat umat Buddha sesuai dengan nilai-nilai agama Buddha dan norma sosial yang berlaku sesuai dengan kearifan lokal wilayah tersebut. Artikel peran penyuluh agama Buddha sebagai agen perubahan perilaku masyarakat umat Buddha membahas mengenai fungsi penyuluh agama Buddha sebagai agen perubahan perilaku masyarakat, strategi yang digunakan, tantangan yang dihadapi, serta dampaknya terhadap masyarakat. Melalui pendekatan edukatif dan partisipatif, penyuluh agama mampu mengarahkan masyarakat menuju kehidupan yang lebih harmonis, toleran, dan bermartabat. Artikel ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi akademisi dan praktisi yang berkaitan dengan studi penyuluhan agama Buddha.